Selasa, 11 Desember 2012 - 0 komentar

Lagu kebangsaan malaysia menjiblak lagu terang bulan lagu yang diciptakan anak bangsa

SEJARAH LAGU TERANG BULAN

Setelah bermasalah dengan tari Pendet, Malaysia, kembali terancam somasi dari Indonesia berkaitan dengan dugaan plagiat lagu. Tidak tanggung tanggung, lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku, diduga menjiplak salah satu lagu milik perusahaan rekaman Lokananta yang berada di Surakarta. “Lagu kebangsaan Negaraku, diduga meniru salah satu lagu kita yang berjudul Terang Bulan,” kata Kepala perusahaan rekaman Lokananta Surakarta, Ruktiningsih, Jumat (28/8).
Lagu Terang Bulan sebenarnya tidak diketahui siapa penciptanya. Menurutnya, lagu tersebut pertama kali dinyanyikan secara koor di Radio Republik Indonesia stasiun Jakarta pada tahun 1956. Kemudian, lagu tersebut dipindahkan ke piringan hitam di perusahaan rekaman Lokananta, yang statusnya saat ini merupakan salah satu cabang dari perusahaan negara Perum Percetakan Negara RI. “Semua ada catatannya dalam kartu rekaman,” kata Ruktiningsih.
“Kedua lagu tersebut sangat identik dan sangat mirip, terutama dalam hal introduksi, nada dan tempo lagu,” kata Ruktiningsih. Menurutnya, hanya syairnya saja yang berubah. Selain itu, musik pengiring juga mengalami modifikasi dengan sentuhan orkestra. “Sebab lagu Negaraku merupakan lagu kebangsaan sehingga musik pengiringnya menyesuaikan,” kata Ruktiningsih. Sedangkan lagu Terang Bulan memakai iringan musik yang sejenis dengan musik keroncong.
Dirinya mengaku tidak tahu persis sejarah lagu Terang Bulan tersebut. Namun Ruktiningsih yakin, lagu Terang Bulan sudah lebih dulu ada sebelum Malaysia memperoleh kemerdekaannya. Lagu tersebut juga telah lama populer, jauh sebelum direkam di stasiun Radio Republik Indonesia Jakarta.
Sebenarnya, dirinya sudah mengetahui sejak lama adanya dugaan menjiplakan lagu Terang Bulan tersebut oleh Malaysia. Semula, pihaknya hanya berdiam diri dan tidak pernah mempermasalahkan. “Namun setelah adanya kasus tari Pendet, kita tidak bisa lagi berdiam diri,” katanya.
Menurut konsultan hukum Lokananta, Jaka Irwanta, pihaknya akan segera menghadap Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, untuk membicarakan masalah dugaan penjiplakan lagu milik Lokananta oleh Malaysia. “Kemungkinan pekan depan kita akan ke Jakarta,” kata Jaka Irwanta, Jumat (28/8).
Jaka mengatakan, agenda dalam pertemuan tersebut akan membicarakan mengenai kemungkinan dilakukannya pelayangan surat somasi kepada Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia.
Dirinya mengakui, jika somasi tersebut dilayangkan, berpotensi membawa akibat besar terhadap hubungan antar negara. “Sebab tidak main-main, yang disomasi adalah lagu kebangsaan,” kata Jaka. Hanya saja menurutnya, Malaysia perlu untuk mendapatkan pelajaran agar dapat menghargai kebudayaan bangsa lain, terutama Indonesia.
Selanjutnya Jaka menceritakan, sebenarnya Presiden Soekarno memang pernah menghadiahkan piringan hitam lagu Terang Bulan kepada pemerintah Malaysia, yang saat itu belum merdeka. “Namun itu hanya hadiah, bukannya untuk dijiplak,” katanya.
LIMA PULUH TAHUN TAHUN TERANG BULAN TERBARAI
KAH KAH KAH ! Semuanya sedang terbarai. Retak, pecah akhirnya terbarai. Ketika saya menulis ini muzik latar yang mengiringi ketikan jari saya di lap top ialah putaran muzik Memula Moon versi paling terbaru. Ini versi rap rock parodi counter culture yang cool lagi menggiurkan. Tiga helai bulu ari dan tiga helai janggut untuk anak muda yang merekonstruksi Memula Moon.
Memula Moon a. k.a Terang Bulan a. k.a Negaraku a. k.a Negara Kuku kini menjadi top hit yang hampir mencecah satu juta pendengar dan puluhan ribu memberi komen. Angka-angka ini kelihatan terus melonjak. Ratusan ribu Mak Cik Felda dan Pak Cik Teksi, di seluruh negara; dari Perlis hingga ke Mersing yang tidak “connected” sedang tertanya-tanya – Negara Kuku itu apa? Tiga helai lagi bulu ari untuk Namewee.
Saya telah lupa entah berapa kali saya telah menulis tentang lagu Terang Bulan ini. Semenjak saya di Universiti Malaya dalam tahun 70an lagi saya telah menulis dan menerangkan apakah dia si Terang Bulan ini. Saya tidak akan lupa bagaimana Concorong Republik Indonesia Bung Karno telah memainkan lagu Terang Bulan ketika Konfrontasi (1963-64).
Terang Bulan dimainkan di concorong. Concorong? Apa jadahnya concorong ini? Untuk mereka yang lahir pada zaman Firaun concorong adalah perkataan Melayu untuk radio. Perkataan ini telah saya pelajari sebelum saya belajar sains dan maths dalam Bahasa Inggeris.
Bung Karno memainkan lagu Terang Bulan di Radio Republik Indonesia untuk memperlekehkan Tengku Abdul Rahman seorang budak suruhan Inggeris yang tidak berupaya membuat lagu kebangsaan sendiri. Memang tepat anggapan Bung Karno ini. Bagaimana sebuah negara yang mengelar diri mereka “merdeka” tetapi lagu kebangsaan pun di ciplak.
Kah kah kah. Selama 50 tahun penjiplakan ini telah disorok di bawah kopek United Malays National Organisations. Betapa besar pun kopek Rafidah dan kopek Sharizat, penjiplakan ini akhirnya diketahui umum.

Memula Moon akhirnya tertonjol keluar apabila kopek-kopek United Malays National Organisations yang semakin mengecut.
Pada satu ketika dahulu lagu Terang Bulan opps… Negara-ku ini dimainkan di panggung wayang. Ini pun ketika saya belum belajar sains dan maths dalam Bahasa Inggeris. Awalnya Terang Bulan dimainkan sebelum filem bermula. Kami kanak-kanak seperti biasa dibuli agar bangun berdiri “kunoon” sebagai contoh rakyat patriotik. Kemudian, entah apa berlaku Terang Bulan dimainkan apabila filem selesai diputar. Akhirnya hingga ke hari ini satu hampeh pun tidak ada lagi. Warga satu Malaysia telah bosan dengan Terang Bulan.
Sebenarnya pada ketika itu dalam panggung wayang tidak sesiapa yang ambil pot apabila Terang Bulan berbunyi dan bendera Star and Stripes opps salah lagi… apabila bendera Tanah Melayu berkibar. Kami anak-anak sekolah sahaja yang berdiri kerana takut (sic) kalau-kalau cik gu ada sama di dalam panggung. Pak Cik, abang dan kakak langsung tidak ambil pot apabila Terang Bulan berbunyi.
Semua ini berlaku ketika beberapa tahun sesudah British meninggalkan Tanah Melayu. Ini di era Firaun belum menjadi MahaFiraun. Ini di zaman surat beranak Mahathir masih di tulis son of Kutty. Ini sebelum Razak Hussein dapat berkenalan dengan Sarimah. Ini pada zaman adanya joget lambat selepas perkahwinan anak wakil rakyat Pas.
Zaman yang saya katakan ini ialah zaman sebelum kita semua boleh menggoogle. Zaman sebelum Mahazalim dan Mahafiraun menjadi santapan bacaan. Zaman sebelum blog wujud dan menyusahkan Utusan Malaysia dan RTM.
Kini kita telah memasuki zaman pasca moden. Semuanya boleh. Naratif induk tentang dunia ini di wujudkan oleh tuhan dalam masa tujuh hari telah dipersoalkan. Meta naratif tentang Adam dan Hawa kini boleh dibincang dan dilihat sebagai metafora.
Semua naratif boleh di persoalkan. Semua naratif telah berkecai dan terbarai. Tidak wujud lagi pemusatan hegemoni naratif yang menjadi ikutan umat manusia. Kita semua telah “connected” – manusia pasca moden hanya perlu menggoogle untuk mengetahui apa sahaja maklumat dalam dunia ini.
Kerana itu saya dapat mengetahui bahawa Terang Bulan, Negara-ku, Negara Kuku berasal dari lagu Memula Moon. Jika tidak percaya apa yang saya tulis sila google perkataan Memula Moon. Tidak percaya lagi? Sila google perkataan Negara-ku. Masih was was, sila lawati YouTube. Di sini dapat dilihat bukti-bukti sahih tentang asal usul Negara Kuku. Bukti ini boleh kita semua dapati tanpa perlu berhubung dengan Ghani Patail atau merasuah sesiapa untuk mendengar alunan gesekan biola Memula Moon.
KAH KAH KAH. Lima puluh tahun Projek Malaysia telah terbukti semakin gagal. Apa yang sedang kita semua lihat dan baca hari ini adalah manifestasi dari kegagalan Projek Malaysia. Projek Malaysia ini tidak bertiang, tidak berpaksi dengan kebenaran. Projek Malaysia tidak berdiri di atas fakta sejarah. Projek Malaysia berdasarkan kong kali kong dan klentong demi klentong. Tutup lubang gali lubang.

Telah diterima secara luas bahwa Lagu Kebangsaan Malaysia berasal dari lagu TERANG BULAN yang digunakan untuk menjadi Negara Perak lagu kebangsaan resmi. Lagu itu dikatakan disusun oleh seorang prancis, Pierre Jean de Beranger (1780-1857). Itu kemudian dibawa kembali ke Perak oleh Raja Abdullah dan lirik yang diubah dan lagu itu berganti nama menjadi "Allah Lanjutkan Usia Sultan". Versi lain dari cerita berjalan seperti ini: Murshidul’adzam Sultan Idris Shah (Sultan Rahmatullah) adalah Sultan Perak dari 1887 sampai 1916. Selama instalasi Monarch Inggris, Raja Edward VII pada tahun 1901, Sultan Idris berada di Inggris sebagai wakil kepada Sultan untuk malay MALAY Federasi SERIKAT. Tapi ketika Yang Mulia sampai di Port of Southampton, Protocol Officer dari Kantor Kolonial pergi menemuinya dan bertanya tentang Lagu kebangsaan Negara untuk Perak. Sejak Perak pada waktu itu sudah tidak ada, Raja Harun bin Sultan Abdullah, Sekretaris Rahasia Sultan tetap tidak ingin memberitahu Protokol Officer situasi aktual dan tidak ingin terlihat lebih rendah dan bodoh, ia mengatakan bahwa mereka memang punya, tapi hanya saja bahwa ia tidak membawa catatan. Dia kemudian bersiul melodi lagu kepadanya. Lalu untuk pertama kalinya, Negeri Perak Lagu kebangsaan yang terdengar. Ini pertama kalinya berada di tanah asing. Kemudian datang MAMULA MOON. Bulan Mamula disusun pada tahun 1947 oleh Felix Mendelssohn dan Terang Bulan dimainkan jauh lebih awal pada tahun 1887 selama instalasi Raja Edward VII. Jadi jelas MAMULA MOON adalah "CIPLAK!" ..

0 komentar:

Posting Komentar